Harga Minyak Tersungkur Tensi AS-China yang Memanas | PT Rifan Financindo

Harga Minyak Tersungkur Tensi AS-China yang Memanas 
PT Rifan Financindo -- Harga minyak mentah berjangka Brent mengalami kejatuhan terbesar sejak dua tahun terakhir hanya dalam kurun sehari pada perdagangan Rabu (11/7), waktu Amerika Serikat (AS).

Pelemahan dipicu oleh memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China yang mulai mengancam permintaan minyak mentah. Selain itu, rencana Libya untuk membuka kembali pelabuhannya menimbulkan ekspektasi terhadap pertumbuhan pasokan.

Dilansir dari Reuters, Kamis (12/7), harga minyak mentah berjangka Brent anjlok sebesar US$5,46 atau 6,9 persen menjadi US$73,40 per barel. Secara persentase, penurunan Brent dalam sehari tersebut merupakan yang terbesar sejak 9 Februari 2016.



Penurunan harga juga dialami oleh harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$3,73 atau lima persen menjadi US$70,38 per barel.

Aksi jual terjadi di pasar terjadi di awal perdagangan setelah Perusahaan Minyak Nasional (NOC), Libya menyatakan akan membuka kembali pelabuhan yang telah ditutup sejak akhir Juni lalu.

"Pokok berita dari Libya menjadi pemicu (penurunan harga) utamanya," ujar Wakil Presiden MObius Risk Group John Saucer.

Aksi jual semakin marak setelah muncul pemberitaan bahwa ketersediaan minyak mentah AS gagal membalikkan sentimen pasar.


Tekanan jual semakin tinggi, seiring tensi perdagangan AS dan China yang menimbulkan kekhawatiran terhadap permintaan minyak global. Cakupan pengenaan tarif impor terhadap US$200 juta produk China menekan harga komoditas sekaligus indeks pasar saham.

"Meningkatnya tensi perdagangan antara AS dan China telah menyulut upaya untuk menghindari risiko pada sesi perdagangan hari ini yang terlihat dari harga minyak," ujar Analis Energi Senior Interfax Energy Abhishek Kumar.

Tekanan terhadap harga minyak mentah juga berasal dari penguatan kurs dolar AS yang didorong oleh laporan inflasi AS mumpuni.

Kondisi tingkat inflasi AS memberikan prospek kenaikan suku bunga AS lebih dari dua kali lagi tahun ini. Penguatan dolar AS bisa melemahkan harga komoditas yang diperdagangkan dengan dolar AS, seperti minyak mentah.


"Jika tarif impor mulai dikenakan maka akan ada dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan," ujar Kepala Strategi Pasar CMC Markets Michael McCarthy.

Sebagai catatan, China merupakan salah satu pembeli utama minyah mentah AS. Diperkirakan, jika tensi perdagangan terus memanas maka minyak mentah AS akan terkena imbas negatif.

Di Libya, NOC menyatakan empat terminal ekspor telah beroperasi kembali setelah kelompok timur menyerahkan kembali pelabuhan. Hal itu mengakhiri berhentinya sebagian besar produksi minyak Libya.

Penutupan pelabuhan pada akhir Juni lalu telah menekan produksi minyak Libya ke level 527 ribu barel per hari (bph) dari sebelumnya 1,28 juta bph pada Februari lalu.

Pemberitaan dari Libya telah meredakan kekhawatiran terhadap terpakainya kapasitas cadangan minyak dunia. Sentimen terhadap kapasitas cadangan dunia telah mendorong reli kenaikan harga minyak.

Sementara itu, prospek pengenaan sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah produsen kelima terbesar Iran telah mendongkrak harga minyak selama beberapa minggu terakhir, mendekati level tertingginya dalam tiga setengah tahun terakhir.

Selasa (10/7) lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan bakal mempertimbangkan permintaan beberapa negara untuk diberikan pengecualian dari sanksi yang menghalangi ekspor minyak Iran tersebut.

Sebelumnya, pemerintah AS menyatakan bahwa seluruh negara di dunia harus menghentikan impor minyak dari Iran mulai 4 November 2018 atau berhadapan dengan pembatasan di sektor keuangan AS.

Di AS, pasar mengacuhkan sentimen pendorong harga dari data persediaan minyak mentah AS yang menurun hampir 13 juta barel pada pekan lalu, penurunan terbesar sejak hamir dua tahun terakhir.


Pasokan minyak ke AS juga merosot akibat gangguan pasokan dari Kanada.

"Walaupun ada penurunan persediaan minyak yang sangat besar, pasar berada d bawah tekanan setelah pemilik kilang memproduksi bensin dalam jumlah besar pekan ini dan bersamaan dengan ekspektasi persediaan minyak distilasi," ujar Presiden Lipow Associate Andrew Lipow di Houston.
Baca Juga :
Sumber: CNN Indonesia
Akb – rifanfinancindo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah