RI Segera Bangun Kilang Minyak Baru di Tuban dan Bontang



Rifan Financindo Berjangka Semarang - Kapasitas kilang minyak yang dimiliki Indonesia saat ini adalah 1,043 juta barel per hari. Sementara kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) nasional mencapai 1,578 juta barel per hari. 


Sebagai perbandingan, Singapura, yang jauh lebih kecil wilayah dan jumlah penduduknya, memiliki kilang minyak dengan total kapasitas 1,382 juta barel per hari. Sementara kebutuhan BBM-nya hanya 148 ribu barel per hari.



Selain kapasitasnya yang masih kurang, tingkat kompleksitas kilang-kilang di Indonesia masih rendah, teknologinya sudah tertinggal. Kilang-kilang di dalam negeri umumnya sudah tua sehingga tidak dapat berproduksi secara efisien. 



Rata-rata kompleksitas kilang milik PT Pertamina (Persero) hanya 4,9. Di bawah Thailand (6), rata-rata Asia (5,8), dan rata-rata global (7,1). Hanya unggul sedikit dari Singapura yang tingkat kompleksitas kilangnya 4,8.



"Kompleksitas kilang nasional relatif rendah dibanding kilang-kilang yang berada di kawasan Asia dan global. Kapasitas kilang juga relatif kecil, di bahwah kebutuhan nasional," kata Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto, dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (19/4/2016).



Karena itu, Pertamina berencana membangun kilang baru di Tuban dan Bontang. Grass Root Refinery (GRR) West 1 Tuban dijadwalkan terbangun pada 2021, GRR East I Bontang pada 2023, dan GRR West 2 serta East 2 Bontang pada 2030.



GRR Tuban direncanakan selesai 2021, capex atau investasi yang dibutuhkan US$ 12-14 miliar. Pertamina diberi penugasan khusus oleh pemerintah untuk membangunnya. Kilang ini bakal berkapasitas 300.000 barel per hari.



Saat ini Pertamina telah menyelesaikan penilaian teknis untuk memilih calon partner dalam membangun kilang di Tuban. Langkah selanjutnya adalah mendapatkan keputusan final untuk joint venture dengan partner terpilih, menandatangani perjanjian kerangka kerja dengan partner terpilih. Juga finalisasi alokasi lahan dari Pemda Jatim, Kementerian LHK, dan DJKN.



Kemudian GRR Bontang diharapkan selesai 2023. Capex yang dibutuhkan US$ 14 miliar, kapasitas produksinya akan mencapai 300.000 barel per hari. 



Untuk pembangunan kilang Bontang, Pertamina telah ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerja sama (PJPK), pemerintah telah menentukan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) untuk GRR Bontang. Selanjutnya tinggal menunggu persetujuan konsultan pendamping dari Menteri Keuangan dan persiapan penjajakan pasar (market sounding).



Pertamina juga berencana melakukan upgrade (Refinery Development Master Plan/RDMP) untuk meningkatkan kapasitas Kilang Balikpapan dan Kilang Cilacap.



RDMP Balikpapan direncanakan bisa menambah kapasitas kilang hingga 100.000 barel per hari. Modifikasi akan dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama selesai 2019 dan tahap kedua selesai 2022. Investasi yang dibutuhkan untuk RDMP Balikpapan mencapai US$ 2 miliar. 



RDMP Cilacap dijadwalkan selesai 2022. Untuk Kilang Cilacap ini, Pertamina memilih Saudi Aramco sebagai strategic partner. Ditargetkan kapasitas produksi kilang bisa bertambah 20 ribu barel per hari. Capex yang dibutuhkan US$ 5 miliar.



Dengan pembangunan kilang-kilang baru ditambah upgrade kilang-kilang existing, ditargetkan produksi BBM di dalam negeri bisa mencapai 2,5 juta barel per hari pada 2030.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah