Wall Street Ditutup Turun 1%, Saham Apple Memimpin Pelemahan

Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).
Rifan Financindo Berjangka - Perdagangan saham di Amerika Serikat (Wall Street) berakhir dengan melemah lebih dari 1 persen dibandingkan dengan perdagangan sehari sebelumnya. Penurunan tertinggi terjadi pada saham Apple dan disusul oleh saham perusahaan-perusahaan di sektor energi.

Mengutip Reuters, Kamis (10/9/2015), Dow Jones Industrial Averange turun 239,11 poin atau 1,45 persen ke level 16.253,57. Indeks Standard & Poor 500 kehilangan 27,37 poin atau 1,39 persen ke level 1.942,04 dan Indeks Nasdaq turun 55,40 poin atau 1,15 persen ke level 4.756,53.

Saham Apple berakhir turun 1,9 persen ke level US$ 110,15. Penurunan ini langsung menghapus keuntungan yang telah dicetak dalam beberapa hari sebelumnya. Pelemahan saham dasri produsen iPhone ini terjadi setelah perusahaan di sektor telekomunikasi tersebut meluncurkan produk baru di San Francisco, Amerika Serikat (AS).

Chief Executive Officer Apple, Tim Cook mengumumkan versi baru dari Apple TV dengan remote control yang bisa dikendalikan dengan suara. Beberapa analis mengatakan bahwa sesaat setelah pengumuman tersebut investor langsung menjual saham Apple karena harapan yang diberikan kepada perusahaan tersebut terlalu tinggi.

Beberapa perusahaan yang juga berkaitan dengan Apple juga mengalami penurunan. Saham perusahaan pemasaran untuk produk Apple, Qualcomm, juga mengalami pelemahan 1,6 persen menjadi US$ 54,32. Skyworks Solution juga turun 1,5 persen menjadi US$ 86,42 dan Avago Technologies melemah 1,5 persen ke level US4 127,17.

Selain saham-saham di sektor teknologi, saham-saham di sektor energi juga mengalami penurunan. Penurunan saham energi ini terjadi karena harga minyak kembali jatuh. Saham Chevron turun 2,5 persen menjadi US$ 74,92.

"Wall Street kemarin mengalami reli panjang yang membuat hari ini kehabisan tenaga," jelas Wakil Presiden BB&T Wealth Management, Birmingham, Alabama, AS, Bucky Hellwig.

"Investor juga masih menunggu langkah kebijakan yang positif dari pemerintah China sebagai langkah pemulihan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.

Hal yang patut diwaspadai ke depannya adalah kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) terutama mengenai kebijakan suku bunga. (Gdn/Ahm)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah