Komoditasnya Menguat 11%, Begini Kinerja Saham Emiten Emas

Komoditasnya Menguat 11%, Begini Kinerja Saham Emiten Emas
PT. Rifan Financindo Berjangka - Saham-saham emiten pertambangan sub sektor logam cukup bervariatif dalam menyikapi performa kenaikan harga emas dunia di pasar spot selama tahun berjalan (year to date/YTD).
Berdasarkan catatan data dari Revinitif secara YTD harga emas dunia telah membukukan keuntungan sebesar US$ 165,95 atau 10,94% menjadi US$ 1.682,95/troy ons pada pukul 11:00 WIB. Sementara secara bulan berjalan (month to date/MTD) harga emas dunia naik US$ 111,95 atau 7,13% dari US$ 1.571/troy ons di penutupan 31 Maret 2020 lalu.
Penguatan harga emas dunia terdorong oleh permintaan aset aman (safe haven) sebagai lindung nilai (hedging) di saat volatilitas pasar yang relatif tinggi di tengah meningkatnya kekhawatiran dampak pandemi virus corona terhadap perekonomian yang berimbas ke jurang resesi.
Lalu bagaimana dampak dari lonjakan harga emas dunia tersebut terhadap kinerja emiten saham sektor logam ini dalam kurun sebulan dan tahun berjalan.
Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO), secara MTD menguat 62,76%, sementara untuk YTD turun 35,16% menjadi Rp 2.360/saham.
Berikutnya yaitu :
  •          PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), secara MTD naik 36,78% dan YTD turun 43,33% pada Rp 476/saham.
  •          PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), secara MTD naik 41,44% dan YTD menguat 19,63% menjadi Rp 1.280/saham.
  •          PT Central Omega Resources Tbk (DKFT), secara MTD naik 34,78% dan YTD turun 34,51% pada Rp 93/saham.
  •          PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), secara MTD naik 5,41% dan YTD menguat 17% menjadi Rp 234/saham.
  •          PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA), secara MTD turun 2,37% dan YTD melemah 5,71% pada Rp 1.650/saham.
  •          PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), secara MTD turun 8,49% dan YTD ambles 25,38% menjadi Rp 194/saham.
  •          PT Kapuas Prima coal Tbk (ZINC), secara MTD turun 19,39% dan YTD anjlok 59,9% pada Rp 158/saham.
Permintaan yang tinggi untuk logam emas menjadi salah satu faktor dalam kinerja saham-saham di atas yang merupakan penambang maupun sebagai trader.
Penguatan harga emas dunia dipicu oleh masifnya aksi jual di pasar saham global di tengah kekhawatiran hantaman ekonomi akibat pandemi virus corona.
"Prospek harga emas tetap positif untuk jangka menengah dengan ketidakpastian ekonomi yang tinggi dan pemerintah global dan neraca bank sentral yang meningkat secara besar-besaran." kata Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam dasar dan logam mulia di BMO.
Harga emas dunia cenderung mengalami kenaikan di kala perekonomian menghadapi goncangan, investor beramai-ramai memburu emas untuk mencari perlindungan. Selain itu, apresiasi harga emas juga mendapat dukungan dari kebijakan bank sentral global yang menerapkan tingkat suku bunga rendah.
Sementara kebijakan bank sentral dalam memberikan pelonggaran kuantitatif (QE) dengan membeli aset-aset finansial berbasis utang seperti surat utang pemerintah, efek beragun aset residensial hingga obligasi korporasi memicu penurunan yield yang membuat emas menjadi lebih menarik di mata investor.
Jika emas mampu kembali menembus level US$ 1.700, maka bukan tidak mungkin emas bisa melanjutkan penguatannya ke level psikologis selanjutnya di US$ 1.800/troy ons.
Kendati demikian, naiknya harga emas dunia tidak serta merta membuat saham sektor logam ini ikut melonjak karena ada beberapa faktor lainnya yang juga memengaruhi dari kinerja saham-saham sektor tersebut.
Baca juga :
Sumber : CNBC Indonesia
PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SEMARANG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah