Mengukur Dampak Kenaikan Harga Minyak terhadap Saham Emiten Non Migas

 

 PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SEMARANG - Harga minyak naik tipis pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta). Di sat bersamaan, investor menunggu pertemuan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitra negara lainnya (OPEC+) mendatang.

Dilansir dari CNBC, Sabtu, 26 Juni 2021, harga minyak Brent naik 18 sen, atau 0,2 persen, pada USD 75,74 per barel. Sedangkan harga minyak metah AS naik 29 sen, atau 0,4 persen, menjadi USD 73,59 per barel.

"Harga minyak telah mendapat dukungan dalam beberapa pekan terakhir, diuntungkan dari penurunan berkelanjutan dalam persediaan minyak global karena permintaan minyak terus meningkat lebih tinggi, meskipun tidak merata," kata analis UBS Giovanni Staunovo.

"Dengan penurunan persediaan minyak yang lebih besar ke depan, kami memperkirakan harga minyak akan terus bergerak lebih tinggi selama kuartal III-2021,” tambahnya.

Anslis menilai, harga minyak juga mendapat dukungan karena persetujuan RUU infrastruktur AS yang mendorong optimisme atas prospek permintaan energi.

Saat ini, investor tengah mencermati hasil pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak, beserta Rusia dan sekutunya (OPEC+) yang akan digelar pada 1 Juli untuk membahas pelonggaran lebih lanjut pengurangan produksi mereka mulai Agustus.

"Kelompok produsen memiliki ruang yang cukup untuk meningkatkan pasokan tanpa menggagalkan penarikan stok minyak, mengingat prospek permintaan yang lebih cerah," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.

Di sisi permintaan, faktor utama yang harus dipertimbangkan OPEC+ adalah pertumbuhan yang kuat di Amerika Serikat, Eropa, dan China, didukung oleh peluncuran vaksin dan pembukaan kembali ekonomi. Sementara tercatat peningkatan kasus COVID-19 di tempat lain.

BacaJuga :

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Rifan Financindo Berjangka Gelar Sosialisasi Cerdas Berinvestasi

PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SURABAYA | PT Rifan Financindo Berjangka Buka Workshop Apa Itu Perusahaan Pialang, Masyarakat Harus Tahu

RIFAN FINANCINDO | Kerja Sama dengan USU, Rifan Financindo Siapkan Investor Masa Depan

PT RIFAN | Bursa Berjangka Indonesia Belum Maksimal Dilirik Investor

RIFANFINANCINDO | Rifan Financindo Intensifkan Edukasi

RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Berburu keuntungan berlimpah melalui industri perdagangan berjangka komoditi

RIFAN | Rifan Financindo Optimistis Transaksi 500.000 Lot Tercapai

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA | Sharing & Diskusi Perusahaan Pialang Berjangka PT. RFB

PT. RIFAN | PT Rifan Financindo Berjangka Optimistis PBK Tetap Tumbuh di Medan

RIFAN BERJANGKA | Bisnis Investasi Perdagangan Berjangka Komoditi, Berpotensi tapi Perlu Kerja Keras

PT. RIFAN FINANCINDO | JFX, KBI dan Rifan Financindo Hadirkan Pusat Belajar Futures Trading di Kampus Universitas Sriwijaya

PT RIFANFINANCINDO | RFB Surabaya Bidik 250 Nasabah Baru hingga Akhir Tahun

PT RFB | PT RFB Gelar Media Workshop

PT RIFANFINANCINDO BERJANGKA | Mengenal Perdagangan Berjangka Komoditi, Begini Manfaat dan Cara Kenali Penipuan Berkedok PBK

RFB | RFB Masih Dipercaya, Transaksi Meningka

Selain itu, keraguan tentang masa depan kesepakatan nuklir Iran 2015 yang dapat mengakhiri sanksi AS terhadap ekspor minyak mentah Iran juga andil dalam kenaikan harga minyak.

Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada menilai, secara sentimen bisa saja mempengaruhi pergerakan saham migas. Dengan asumsi saham-saham di sektor tersebut dapat berkah dari kenaikan harga minyak.

"Akan tetapi, balik lagi ke persepsi dan penilaian pelaku pasar. Ditambah dengan kondisi pasar yang bisa saja mempengaruhi pergerakan saham-saham tersebut,” kata dia kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (27/6/2021).

Sementara, untuk emiten non-migas yang berhubungan dengan penggunaan bahan bakar minyak, seperti industri transportasi, industri manufaktur, maupun industri dasar yang terdapat beban penggunaan bahan bakar minyak, bisa jadi sentimen negatif.

CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menilai, kenaikan harga minyak ini mestinya membawa sentimen positif bagi sektor yang bisa menjadi substitusi dari minyak, seperti batu bara.

"Harusna bagus. Kalau minyak mahal maka bisa alih ke gas yang bisa subtitusi. Harusnya malah yang batu bara sperti PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang bagus malah, ya,” kata dia.

Sumber : Bisnis

 PT RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SEMARANG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah