Harga Emas Tergelincir Efek Pemulihan Ekonomi Dunia Lebih Cepat
PT.
Rifan Financindo Berjangka - Harga emas turun sebanyak 1,9
persen pada hari Selasa, mencapai di bawah USD 1.900 per ounce. Ini karena
dolar menguat seiring kebuntuan atas stimulus AS dan karena investor terikat
pada rapor ekonomi dari Dana Moneter Internasional.
Dikutip dari CNBC, Rabu (14/10/2020), harga emas di pasar Spot turun 1,7
persen menjadi USD 1,890.01 per ounce. Emas berjangka AS kehilangan 1,8 persen
menjadi USD 1.893,70.
"Stagnasi di Washington selama paket stimulus berikutnya terus menekan
aset seperti emas yang mengandalkan pelemahan dolar untuk gelombang dukungan
berikutnya," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge
Futures.
“IMF dan lembaga lain seperti Federal Reserve AS juga telah mencatat bahwa
pemulihan ekonomi telah terjadi sedikit lebih cepat dari yang mereka perkirakan
semula, sehingga akan membuat kami percaya bahwa mungkin ada kebutuhan akan
stimulus yang lebih rendah di seluruh dunia,” tegasnya.
Dolar melonjak 0,4 persen terhadap saingannya, membuat emas mahal.
IMF mengatakan perkiraan untuk ekonomi global tak seburuk yang diperkirakan
karena negara-negara kaya dan China pulih lebih cepat dari perkiraan.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan penawaran paket stimulus virus corona
terbaru oleh Presiden Donald Trump kurang dari yang dibutuhkan rakyat Amerika.
Harga emas telah dipermainkan selama negosiasi untuk kesepakatan stimulus
fiskal, dengan kebuntuan terbaru. "Menghilangkan beberapa pendorong
bullish jangka pendek yang kami antisipasi," kata Edward Moya, analis
pasar senior di OANDA.
“Tapi semua itu berarti kita akan mendapatkan stimulus nanti, mungkin awal
tahun depan dan itu akan menyebabkan harga emas lebih tinggi,” tambah dia.
Emas, yang dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan
nilai mata uang, telah meningkat 25 persen tahun ini di tengah tingkat stimulus
global yang belum pernah terjadi sebelumnya selama pandemi.
Setelah mengalami masa yang sulit pada pekan lalu, harga
emas diperkirakan bisa melambung pada pekan ini. Kenaikan harga emas
dipengaruhi oleh sentimen gejolak pemilu AS.
Mengutip Kitco, Minggu (11/10/2020), meskipun sebagian besar analis dan
pelaku pasar memperkirakan harga emas bakal naik, tetapi belum bisa membawa
harga emas kembali di atas level USD 2.000 per ounce.
"Kami melihat beberapa potensi kenaikan dalam jangka pendek," kata
Darin Newsom, analisis Darin Newsom. "Tetapi kami masih perlu melihat
apakah momentum ini bisa bertahan." tambah dia.
Dalam survei Kitco, dari 17 analis yang berpartisipasi, sebanyak 13 analis
atau 76 persen memperkirakan harga emas bakal naik.
Sedangkan satu analis atau 6 persen memperkirakan harga emas akan
turun dan tiga analis atau 18 persen memperkirakan harga mendatar.
Ada momentum baru kenaikan harga emas pada Jumat lalu. Pada hari itu, harga
emas diperdagangkan di level USD 1.928,80 per ounce. Angka tersebut naik 1
persen jika dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Meskipun beberapa analis melihat bahwa ada ruang bagi harga emas untuk naik,
tetapi mereka tidak yakin bahwa harga emas bisa menembus di atas USD 2.000 per
ounce dalam waktu dekat.
"Saya memperkirakan harga emas akan bergerak lebih tinggi minggu ini
tetapi ini benar-benar hanya kenaikan dalam jangka pendek," kata Colin
Cieszynski, kepala analis SIA Wealth Management.
Cieszynski menambahkan, harga emas membutuhkan lebih banyak
stimulus untuk mencapai level tertinggi baru sepanjang masa.
"Sepertinya bank sentral belum siap untuk memompa lebih banyak stimulus
ke pasar dan saya kira pemerintah tidak akan melakukan apa pun sampai setelah
pemilihan," tambah dia.
PT.
Rifan Financindo Berjangka
sumber
: liputan6.com
PT.
RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SEMARANG
Komentar