Harga Emas Tertekan Kekhawatiran Gelombang Kedua Pandemi Corona

Perbedaan Emas Antam dan UBS | Apa Itu Emas UBS dan Antam?

PT. Rifan Financindo Berjangka - Harga emas turun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa lagi waktu Jakarta). Pendorong penurunan harga emas ini karena nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat didorong oleh kekhawatiran gelombang kedua penyebaran virus Corona.

Harga emas di pasar spot turun 0,3 persen ke level USD 1.695,75 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 0,9 persen ke level USD 1.698 per ounce.

"Kami melihat permintaan jangka pendek untuk dolar AS sangat kuat," jelas analis komoditas TD Securities, Daniel Ghali. Penguatan dolar AS membuat harga emas semakin mahal bagi investor yang bertransaksi dengan mata uang di luar dolar AS.

Ia menambahkan, harga emas juga terperangkat antara prospek inflasi moneter besar-besaran, yang seharusnya mendukung harga emas tetapi juga tekanan deflasi dari data ekonomi yang lemah.

"Tapi dalam jangka panjang, secara makro seharusnya arah dolar AS melemah sehingga memberikan dampak positif ke harga emas," tambah Ghali.

Meredam permintaan emas, dolar AS naik karena peringatan gelombang kedua infeksi Corona. Mata uang AS ini dianggap sebagai alat penyimpan nilai yang aman menyaingi emas di saat ketidakpastian ekonomi dan politik. Dampaknya, harga emas tertekan.

Jerman melaporkan bahwa infeksi baru semakin cepat setelah langkah awal pelonggaran lockdown, memicu alarm global bahkan ketika bisnis dibuka dari Paris ke Shanghai maka angka infeksi baru kembali melambung. Korea Selatan juga memperkirakan angka infeksi baru akan melambung.

Sebelumnya, para analis dan pelaku pasar memperkirakan harga emas akan melambung tinggi sepanjang pekan ini. Hal tersebut didasari sentimen data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang buruk.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa daftar gaji di luar pertanian untuk bulan April 2020 turun 20,5 juta. Sementara tingkat pengangguran melonjak menjadi 14,7 persen, level tertinggi sejak awal 1930.

"Ada banyak ketidakpastian dari rendahnya data tenaga kerja ini," jelas Co-Direktur Lindung Nilai Walsh Trading Sean Lusk.

"Saya pikir kenaikan harga emas hanya masalah waktu. setidaknya bisa mencapai USD 1.750 per ounce dan bisa mencapai harga tertinggi untuk tahun ini," lanjutnya.

Enam dari 11 analis atau sebesar 55 persen memperkirakan bahwa harga emas akan bullish. Swedangkan tiga analis atau 27 persen mengatakan harga emas akan jatuh. Selain itu dua analis atau 18 persen netral.

Sementara itu, 750 suara pelaku pasar ikut dalam jajak pendapat yang dilakukan Kitco. Dari jumlah tersebut sebanyak 502 pelaku pasar atau 67 persen menyatakan harga emas akan naik.

Sedangkan 139 pelaku pasar atau 19 persen menyatakan bahwa harga emas akan mengalami tekanan. Di luar itu, sebanyak 109 orang atau 15 persen netral.

Dalam survei untuk minggu lalu, sebagian besar analis dan pelaku pasar memperkirakan harga emas akan naik. Sedangkan pada perdagangan Jumat lalu harga emas Comex untuk pengiriman Juni 1,6 persen lebih tinggi menjadi USD 1,727.90 per ounce.

Baca juga :

pt rifan financindo

rifan financindo

pt rifan

PT. Rifan Financindo Berjangka

Sumber : Liputan6

PT. RIFAN FINANCINDO BERJANGKA SEMARANG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah