YouTube Bebas Iklan Meluncur Bulan Depan?


Ilustrasi Youtube
Rifan Financindo Berjangka - Adakah yang merasa terganggu dengan iklan di video di YouTube? Meski hanya belasan detik hingga satu atau dua menit, pasti ada saja yang menganggap iklan di video tersebut sebagai sebuah gangguan.

Sebelumnya, kita telah mendengar untuk sementara waktu ini bahwa YouTube bebas iklan akan hadir dalam waktu dekat. Untuk waktu paling panjang sejak permulaannya, YouTube digunakan secara gratis, tentu dengan iklan yang dimainkan sebelum video utamanya tampil. Hal ini menjadi salah satu cara yang dipilih YouTube dan para pencipta konten untuk menguangkan kreasi mereka.

Lantas, kapankah YouTube bebas iklan ini bisa dinikmati? Berdasarkan e-mail yang dikirim dari YouTube kepada para pemilik konten, seperti dikutip dari Ubergizmo, Senin (28/9/2015), YouTube versi bebas iklan ini kemungkinan diluncurkan pada akhir Oktober mendatang.

E-mail ini memberi tahu kepada para pemilik konten bahwa mereka harus menyetujui ketentuan baru YouTube pada tanggal 22 Oktober. Jika tidak, video mereka tidak akan lagi tersedia bagi publik. Karena itu, ada kemungkinan juga bahwa layanan ini akan diluncurkan sekitar tanggal tersebut.

Adapun pemasangan tarif layanan belum ditentukan, tapi menurut kabar yang beredar, YouTube sedang memikirkan tarif berlangganan senilai US$ 10 per bulan. Selain itu, diduga bahwa YouTube bebas iklan ini juga akan mencakup YouTube Music Key, meskipun diketahui pula bahwa YouTube Music Key dapat berganti merek menjadi YouTube Red.

Namun, ada juga kemungkinan bahwa YouTube Red bisa menjadi nama bagi layanan YouTube bebas iklan. Tapi karena belum ada pengumuman resmi, kita hanya bisa menunggu dan melihat.

Sementara itu, Google menjadwalkan sebuah acara yang direncanakan pada tanggal 29 September 2015, dimana mungkin handset Nexus baru akan diluncurkan. Tapi siapa tahu, kita pun bisa mendengar beberapa update tentang YouTube.

(why/isk)
INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan ke depan, laju harga obligasi diprediksi bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps.Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS masih jadi ancaman. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, setelah pelaku pasar dihadapkan pada wait and see jelang rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG)BIdan the Federal Open Market Committee (FOMC)meeting, di pekan kemarin mendapat kepastian akan ditundanya kenaikan suku bunga Fed rate.

"Keputusan itu ternyata tidak banyak membantu laju pasar obligasi dapat menguat seiring masih maraknya aksi jual yang terjadi," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,Minggu (27/9/2015).

Masih adanya sentimen negatif dari laju rupiah yang tetap nyaman di zona merahnya,memberikan hambatan bagi laju pasar obligasi dapat berbalik menguat. "Dengan demikian, sama halnya seperti pekan kemarin dimana pelemahan nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul, terutama di akhir pekan yang merupakan awal bulan," ujarnya.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang rupiah pada hari Selasa, 29 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

1. Seri SPN12160708 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 08 Juli 2016;
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.[jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2240682/pelemahan-rupiah-masih-ancam-pasar-obligasi#sthash.81oBpkmW.dpuf


INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan ke depan, laju harga obligasi diprediksi bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps.Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS masih jadi ancaman. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, setelah pelaku pasar dihadapkan pada wait and see jelang rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG)BIdan the Federal Open Market Committee (FOMC)meeting, di pekan kemarin mendapat kepastian akan ditundanya kenaikan suku bunga Fed rate.

"Keputusan itu ternyata tidak banyak membantu laju pasar obligasi dapat menguat seiring masih maraknya aksi jual yang terjadi," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,Minggu (27/9/2015).

Masih adanya sentimen negatif dari laju rupiah yang tetap nyaman di zona merahnya,memberikan hambatan bagi laju pasar obligasi dapat berbalik menguat. "Dengan demikian, sama halnya seperti pekan kemarin dimana pelemahan nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul, terutama di akhir pekan yang merupakan awal bulan," ujarnya.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang rupiah pada hari Selasa, 29 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

1. Seri SPN12160708 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 08 Juli 2016;
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.[jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2240682/pelemahan-rupiah-masih-ancam-pasar-obligasi#sthash.81oBpkmW.dpuf
INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan ke depan, laju harga obligasi diprediksi bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps.Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS masih jadi ancaman. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, setelah pelaku pasar dihadapkan pada wait and see jelang rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG)BIdan the Federal Open Market Committee (FOMC)meeting, di pekan kemarin mendapat kepastian akan ditundanya kenaikan suku bunga Fed rate.

"Keputusan itu ternyata tidak banyak membantu laju pasar obligasi dapat menguat seiring masih maraknya aksi jual yang terjadi," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,Minggu (27/9/2015).

Masih adanya sentimen negatif dari laju rupiah yang tetap nyaman di zona merahnya,memberikan hambatan bagi laju pasar obligasi dapat berbalik menguat. "Dengan demikian, sama halnya seperti pekan kemarin dimana pelemahan nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul, terutama di akhir pekan yang merupakan awal bulan," ujarnya.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang rupiah pada hari Selasa, 29 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

1. Seri SPN12160708 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 08 Juli 2016;
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.[jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2240682/pelemahan-rupiah-masih-ancam-pasar-obligasi#sthash.81oBpkmW.dpuf
INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan ke depan, laju harga obligasi diprediksi bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps.Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS masih jadi ancaman. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, setelah pelaku pasar dihadapkan pada wait and see jelang rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG)BIdan the Federal Open Market Committee (FOMC)meeting, di pekan kemarin mendapat kepastian akan ditundanya kenaikan suku bunga Fed rate.

"Keputusan itu ternyata tidak banyak membantu laju pasar obligasi dapat menguat seiring masih maraknya aksi jual yang terjadi," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,Minggu (27/9/2015).

Masih adanya sentimen negatif dari laju rupiah yang tetap nyaman di zona merahnya,memberikan hambatan bagi laju pasar obligasi dapat berbalik menguat. "Dengan demikian, sama halnya seperti pekan kemarin dimana pelemahan nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul, terutama di akhir pekan yang merupakan awal bulan," ujarnya.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang rupiah pada hari Selasa, 29 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

1. Seri SPN12160708 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 08 Juli 2016;
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.[jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2240682/pelemahan-rupiah-masih-ancam-pasar-obligasi#sthash.81oBpkmW.dpuf
INILAHCOM, Jakarta-Dalam sepekan ke depan, laju harga obligasi diprediksi bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps.Pelemahan nilai tukar rupiah atas dolar AS masih jadi ancaman. Seperti apa?

Reza Priyambada, kepala riset NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) mengatakan, setelah pelaku pasar dihadapkan pada wait and see jelang rapat Rapat Dewan Gubernur (RDG)BIdan the Federal Open Market Committee (FOMC)meeting, di pekan kemarin mendapat kepastian akan ditundanya kenaikan suku bunga Fed rate.

"Keputusan itu ternyata tidak banyak membantu laju pasar obligasi dapat menguat seiring masih maraknya aksi jual yang terjadi," katanya kepada INILAHCOM di Jakarta,Minggu (27/9/2015).

Masih adanya sentimen negatif dari laju rupiah yang tetap nyaman di zona merahnya,memberikan hambatan bagi laju pasar obligasi dapat berbalik menguat. "Dengan demikian, sama halnya seperti pekan kemarin dimana pelemahan nilai tukar rupiah masih akan menjadi perhatian dan disertai dengan data-data makroekonomi yang akan muncul, terutama di akhir pekan yang merupakan awal bulan," ujarnya.

Kemungkinan laju harga obligasi akan bergerak dengan rentang di kisaran 25 hingga 75 bps. Untuk itu, tetap cermati perubahan dan antisipasi sentimen yang ada.

Dalam sepekan ke depan, pemerintah akan melakukan Lelang Surat Utang Negara dalam mata uang rupiah pada hari Selasa, 29 September 2015. Jumlah target indikatif yang dilelang sebesar Rp8 triliun dengan jumlah target maksimal yang dimenangkan sebesar Rp12 triliun untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2015.

Adapun seri-seri yang dilelang sebagai berikut:

1. Seri SPN12160708 (reopening) dengan pembayaran bunga secara diskonto dan jatuh tempo pada tanggal 08 Juli 2016;
2. Seri FR0053 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,250% (delapan koma dua lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Juli 2021;
3. Seri FR0056 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,375% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 September 2026; dan
4. Seri FR0073 (reopening) dengan tingkat bunga tetap (fixed rate) sebesar 8,750% (delapan koma tujuh lima per seratus) dan jatuh tempo pada tanggal 15 Mei 2031.[jin]
- See more at: http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/2240682/pelemahan-rupiah-masih-ancam-pasar-obligasi#sthash.81oBpkmW.dpuf

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah