Dolar Sentuh Rp 13.450 Setara 1998, Ini Kata Gubenur BI Hingga Menkeu

//images.detik.com/content/2015/07/28/6/072258_dolar.jpg
Rifan Financindo Berjangka - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih terus menguat terhadap rupiah. Sudah hampir dua bulan ini posisi dolar AS setara dengan masa krisis moneter 1998.

Kemarin, dolar berada di kisaran Rp 13.450, dan bahkan sempat menyentuh level tertingginya di Rp 13.466.

Pada masa krisis moneter 1998, dolar AS melonjak hingga Rp 16.650 tepatnya pada 17 Juni. Nah, setelah itu dolar AS mulai melemah secara perlahan di bulan-bulan berikutnya.

Juni lalu, dolar AS tembus kisaran Rp 13.300 yang setara dengan posisinya pada bulan Agustus 1998. Sampai sekarang dolar AS masih tinggi dan setara dengan posisi pada Agustus 1998 tersebut.

Meski begitu, kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih kuat dan jauh berbeda dengan kondisi di 1998. Mau lihat perbandingan kondisi 1998 dengan sekarang? Klik di sini.

Berikut penjelasan pejabat negara berwenang terkait penguatan dolar terhadap rupiah tersebut, seperti dirangkum, Selasa (28/7/2015).

1. Gubernur BI: Rupiah Baik

"Kondisi nilai tukar rupiah semua dalam keadaan baik. Kita nggak perlu khawatir dengan nilai tukar Indonesia," ucap Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo.

Agus menjelaskan, kondisi rupiah saat ini tidak terlepas dari situasi perekonomian global.

"Kalau pun kita mendalami nilai tukar memang ada kondisi eksternal yang mempengaruhi, yang utama adalah perekonomian di AS terus mengalami perbaikan, walaupun perbaikan nggak seperti yang diprediksi. Kita juga mengikuti employment-nya menunjukkan perbaikan, dan statement Gubernur The Fed bahwa Fed fund rate akan meningkat," jelas dia.

Agus menyebutkan, kondisi-kondisi tersebut tentu berdampak pada seluruh perekonomian dunia tak terkecuali Indonesia.

"Kita tahu bahwa kondisi seperti ini terjadi, dolar AS yang menguat dan mata uang negara lain terpengaruh," katanya.

Lebih jauh Agus menjelaskan, kondisi dunia yang lain yang perlu diperhatikan adalah China yang ekonominya selama 20 tahun tumbuh di atas 10%. Selama 3 tahun terakhir terkoreksi turun dan bahkan di tahun 2015 ini diperkirakan menjadi 6,8%.

Namun, lanjut Agus, dirinya melihat bahwa ekonomi China mulai stabil, namun dikejutkan dengan koreksi di pasar modal China turun sampai 30%. Hal ini tidak berpengaruh langsung ke Indonesia, tapi berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat dunia bahwa di dunia sedang terjadi ketidakpastian.

Agus menyebutkan, kondisi ekonomi China melemah, ekonomi dunia yang tadinya diprediksi tumbuh 4% terkoreksi 3,8% menjadi 3,5%, bulan lalu diperkirakan 3,39%, ternyata malah diprediksi 3,3%. Jadi, kata Agus, lebih rendah daripada tahun lalu 3,4%.

"Nah hal ini berpengaruh juga kepada dunia termasuk Indonesia. Untuk Indonesia saya melihat bahwa terjadi perbaikan kondisi Indonesia, yang utama inflasi sampai Juni 0,96%. Jadi, inflasi di akhir 2015 sesuai dengan rencana di kisaran 4 plus minus 1 persen," sebut Agus.

Agus menambahkan, BI akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah. Walaupun di dunia ada penguatan ekonomi AS, Indonesia akan mengalami perbaikan dan siap menghadapi perubahan dan ketidakpastian dunia.

"Kalau rupiah fluktuatif, BI akan selalu ada di pasar agar volatilitas dalam batas yang sehat dan kepercayaan masyarakat terjaga. Kami pesan bahwa selain kebijakan utama BI, kami juga meminta masyarakat untuk menjaga kedaulatan rupiah agar semua transaksi di NKRI menggunakan rupiah. Ini akan membuat ekonomi lebih stabil," pungkasnya.

2. Menkeu: Kami Selalu Waspada

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai posisi dolar AS tersebut tetap menjadi perhatian bagi pemerintah. Diharapkan Bank Indonesia (BI) bisa menjaga pada posisi yang relatif aman.

"Ya kami selalu waspada. Salah satu daya tahan ekonomi kita kan rupiah. Kami harapkan BI juga menjaga kurs rupiah ke level yang aman," ungkap Bambang.

Nilai tukar rupiah memang sudah bergerak cukup jauh dari asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2015. Dolar AS awalnya dipatok Rp 12.500.

"Yang penting rupiah jangan terlalu undervalue dan overvalue," sebutnya.

Terjadinya pelemahan rupiah karena sinyal dari Bank Sentral AS The Fed yang akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat. Sehingga rupiah dan mata uang negara lain melemah terhadap dolar AS.

"Rupiah terkena tekanan, semua mata uang sebenernya karena ada sinyal Fed akan naikan Fed Rate sebelum akhir tahun. Itu yang dijadikan spekulasi oleh para investor mata uang. Tapi kalau kita lihat rupiah terhadap euro dan dolar Australia menguat. Ini karena dolar AS-nya dijadikan safe haven," papar Bambang.

3. Ketua OJK: Buat Skenario Terbaik dan Terburuk

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengungkapkan, pihaknya selaku otoritas di industri keuangan terus memantau perkembangan gerak rupiah.

OJK melakukan stress test terkait nilai tukar rupiah di level tertentu, membuat skenario terbaik dan terburuk.

"Kita selalu antisipasi. Skenario optimis, skenario pesimis. Bisa macam-macam, namanya juga skenario. Kita terus pantau," ujar Muliaman.

Dia menjelaskan, stress test dilakukan di level tertentu untuk menguji sejauh mana ketahanan sektor keuangan terhadap gejolak yang ada. Ini juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana ketahanan perbankan Indonesia.

"Secara individual satu per satu kita pantau termasuk mitigasi lembaga keuangan terhadap risiko, itu pekerjaan rutin pengawas, setiap hari, kita terus pantau, volatilitas rupiah termasuk tingkat suku bunga," jelas dia.

Muliaman mengatakan, saat ini kondisi perbankan Indonesia dinilai cukup aman termasuk dari sisi permodalan.

"Situasi permodalan bank cukup kuat, di ASEAN, Capital Adequacy Ratio (CAR) bank kita sudah paling tinggi, ibaratnya shock breaker-nya sudah kuat. Gejolak boleh terjadi, tapi banknya bisa tetap kuat karena shock breaker-nya bagus," imbuh Muliaman.


 


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah