Sebagian besar saham Hong Kong jatuh karena data PMI China

Bloomberg, (24/7) - Sebagian besar saham-saham Hong Kong melemah Rabu siang ini, dengan index saham China yang jatuh pasca kenaikan terbesar satu hari dalam enam bulan terakhir setelah survei swasta menunjukan adanya kontraksi aktivitas manufaktur China pada laju yang lebih cepat dari perkiraan.

Index Hang Seng tercatat turun 0,1 persen menjadi 21,888.82 pada pukul 1:28 siang di Hong Kong, dengan sekitar empat saham yang turun untuk setiap tiga yang naik dengan volume perdagangan 35 persen kurang dari 30-hari rata-rata intraday-nya. Hang Seng China Enterprises Index yang melonjak 3,9 persen kemarin, turun sebesar 0,6 persen menjadi 9,721.84. Index-index ini menuju penurunan terbesar sejak 12 Juli lalu.

'Perusahaan manufaktur kecil maupun menengah China terus menghadapi situasi bisnis yang sulit,' kata Castor Pang, kepala penelitian dari Core Pacific-Yamaichi International Hong Kong Ltd. 'Kami memperkirakan data akan terus menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi di China. Trend tersebut belum akan berubah dalam jangka pendek.'

Aktivitas manufaktur China melemah lebih lanjut pada bulan Juli, menurut survei awal manajer pembelian (PMI). Pembacaan 47,7 untuk index PMI dirilis hari ini oleh HSBC Holdings Plc dan Markit Economics, adalah kurang dari perkiraan dan jika dikonfirmasi ke dalam laporan final pada 1 Agustus mendatang, maka akan menjadi yang terendah dalam 11 bulan terakhir. Pembacaan di bawah 50 adalah menunjukan adanya kontraksi aktivitas.

PetroChina Co, produsen energi terbesar China, merosot 2,7 persen menjadi HK $ 9,20, dan memimpin penurunan pada index Hang Seng. Jiangxi Copper turun 0,9 persen menjadi HK $ 13,20, sementara China Shenhua Energy Co, penambang batubara terbesar berdasarkan nilai pasarnya, turun sebesar 2,4 persen menjadi HK $ 22,80.

'Pemerintah pusat China telah menyebutkan tentang pertumbuhan minimal,' kata Masahiko Ejiri, senior fund manager dari Mizuho Asset Management Co. 'Jika ekonomi terus melambat itu berarti pemerintah harus menyediakan lebih banyak stimulus bagi perekonomian. Ada kekhawatiran mereka mungkin menghabiskan stimulus dengan cara yang sangat tidak efisien.'

Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan bahwa 'bottom line' untuk pertumbuhan produk domestik bruto (GDP) China adalah 7 persen dan negara tidak bisa membiarkan pertumbuhan bergerak kebawah angka tersebut, berdasarkan laporan dari Beijing News mengutip komentar Li pada pertemuan terakhir dengan ekonom dan pengusaha. 'Lower limit' untuk pertumbuhan GDP China adalah 7,5 persen, mengutip perkataan Li. (brc)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah