Oesman Sapta: Parpol Boleh Terima Sumbangan, tapi Jangan Maksa

PT RIFAN FINANCIDO BERJANGKA – Ketua Umum Partai Hanura Oesman SaptaOdang (OSO) membantah kabar ia mewajibkan mahar politik untuk calon kepala daerah.

Menurut dia, partai boleh menerima sumbangan tak mengikat.
"Partai itu boleh menerima sumbangan yang tidak mengikat. Tapi enggak boleh memaksa orang menyumbang," kata OSO saat silaturahmi dengan sejumlah pengurus Hanura, pemimpin redaksi dan wartawan di kediamannya di Jakarta, Selasa (16/1/2018) malam.

Hal ini disampaikan OSO menjawab tudingan sejumlah pengurus Hanura yang hendak melengserkannya dari kursi ketua umum.
OSO dituding mengutip mahar kepada calon kepala daerah yang hendak diusung Partai Hanura.

Meski membantah meminta mahar, OSO menyebut siapa saja bisa memberi sumbangan ke Partai Hanura sesuai kemampuan.

"Siapa pun, jadi bupati, jadi wali kota, mau menyumbang boleh saja. Enggak dilarang, kok. Mau disebut itu mahar, mau disebut itu uang lelah, uang promosi, silakan saja. Tapi tidak boleh memaksa, apalagi menetapkan angka yang di luar kemampuan orang yang didukung," kata OSO.

Menurut dia, mekanisme sumbangan lazim dilakukan semua partai. Ia tak menampik bahwa parpol membutuhkan biaya operasional.

"Partai membutuhkan biaya operasional, biaya kampanye, biaya perjalanan. Karena itu dilakukan rata-rata semua partai. Nah, tapi kita nggak boleh memaksakan orang membayar dengan tidak kemampuan orang itu sendiri," ucap OSO.

Wakil Sekjen Hanura Dadang Rusdiana mengakui, pemecatan ini salah satunya disebabkan karena persoalan mahar politik.

Menurut dia, OSO memanfaatkan posisi ketua umum untuk meminta mahar kepada Kepala Daerah yang akan maju dari Partai Hanura.

Parahnya lagi, OSO kerap bermain dua kaki dengan meminta mahar kepada dua pasangan calon yang berbeda untuk daerah yang sama.

"Ini kan yang parah ada SK ganda, yang dua-duanya kan juga udah memenuhi mahar. Mahar diambil, SK-nya diganti, maharnya tidak dikembalikan, ini kan udah mencoreng Partai Hanura," kata Dadang kepada Kompas.com, Selasa (16/1/2018).

Menurut Dadang, hal seperti ini terjadi di berbagai wilayah, seperti Purwakarta, Garut, Luwu dan Tarakan.

Sumber: kompas.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah