KATAK RAKSASA BIASA DISANTAP DENGAN TUAK

RIFAN FINANCINDO

Rifan Financindo - Semarang, Sembilan ekor katak 'raksasa' ditemukan warga Enrekang, Sulawesi Selatan, di sebuah kebun salak. Setelah ditimbang, katak-katak tersebut memiliki berat rata-rata 1,5 kg. 


Dosen Biologi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Makassar Muh Rizaldi menjelaskan, katak tersebut ditemukan rekannya pada 24 April 2017 lalu. Kejadiannya pada malam hari saat rekannya berada di kebun. 



"Lokasinya di Desa Buntu Mondong, Kecamatan Buntu Batu, Enrekang. Itu jarang-jarang, tapi adanya emang cuma di kawasan itu," ujar Rizaldi 



Penemuan katak berukuran besar tersebut bukan pertama kali di Buntu Batu. Sebelumnya warga juga pernah menemukan katak dengan ukuran yang tak jauh beda. 


9 Ekor Katak 'Raksasa' 1,5 Kg Ditemukan di Enrekang Sulsel Foto: Dok. Istimewa

Rizaldi masih belum dapat memastikan jenis katak-katak tersebut. Namun dia memperkirakan jenis kelamin katak bisa ditentukan dengan ukuran badannya. 



"Kalau katanya warga Enrekang yang biasa nangkap, mereka cuma menandai lewat ukuran badan. Kalau badannya melar berarti betina, kalau agak ramping berarti jantan," ujar Rizaldi. 



Menurut Rizaldi, katak 'raksasa' tersebut terbiasa memakan belalang dan bahkan makan jenis katak lainnya dengan ukuran lebih kecil. 


 Penemuan katak 'raksasa' di Enrekang, Sulawesi Selatan, memang bukan pertama kalinya. Meski begitu, tak bisa dibilang juga katak jenis ini mudah ditemukan. 


Dosen Biologi di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Makassar Muh Rizaldi menuturkan, warga biasanya harus pergi ke kebun, hutan atau perairan di sekitarnya untuk bisa menemukan katak tersebut. 



"Itu jarang-jarang, tapi adanya emang cuma di kawasan itu," ujar Rizaldi.



Rizaldi menjelaskan, oleh masyarakat setempat, biasanya katak tersebut ditangkap bukan untuk dijual. Namun untuk dikonsumsi sendiri, terutama dikonsumsi bersama dengan tuak. 



"Biasanya itu digoreng atau direbus. Dimakan sambil minum tuak, atau dikasih ke orang yang emang konsumsi tuak," ungkap Rizaldi menjelaskan mengenai kebiasaan masyarakat setempat.

Menurut Rizaldi, tekstur daging katak tersebut mirip dengan jamur merang, sedikit kenyal. Tak hanya dibakar atau digoreng, namun juga bisa ditambahkan bumbu tertentu sebelum disantap bersama tuak. 


"Tekstur dagingnya mirip cendawan (jamur merang), agak kenyal. Kebiasaan di bakar dulu setelah itu di tumis kecap," tutur Rizaldi. 



Sebanyak 9 ekor katak 'raksasa' ditemukan warga di Desa Buntu Mondong, Kecamatan Buntu Batu, Enrekang, Sulawesi Selatan. Katak-katak tersebut ditemukan di kebun salak pada 24 April 2017 lalu.



Apa yang disampaikan Rizaldi di atas merupakan kebiasaan sebagian masyarakat setempat. Daging katak itu sendiri oleh sebagian besar umat muslim dianggap haram. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah