Muncul Bercak Merah Seperti Flu Singapura, Ternyata Alfred Terkena Lupus

Rifan Financindo Berjangka Semarang - Alfred, odapus asal Yogyakarta mengaku heran ketika di kulit tangannya tiba-tiba timbul bercak-bercak merah. "Jadi kayak flu singapura (penyakit kaki tangan mulut) itu lho, mengelupas kulitnya trus bengkak, demam sampai sekian hari, drop, opname," kisahnya.

Saat itu, lanjut Alfred, dokter yang menanganinya sudah curiga dengan gejala yang terlihat di tubuh pria ini. Ia lantas diarahkan untuk menjalani cek laboratorium.

Benar saja, hasil tes ANA, yaitu antibodi yang paling sering terbentuk di tubuh akibat lupus milik Alfred menunjukkan angka positif. Saat itulah pria berumur 34 tahun ini memulai perjalanan hidupnya sebagai odapus.

Alfred sendiri hanya tahu lupus dari internet, namun tak pernah terlintas dalam pikirannya jika ia terkena penyakit yang umumnya menyerang kaum hawa ini, apalagi di keluarganya juga belum pernah ada yang mengidap lupus.

"Awalnya nggak terima juga. Tapi namanya dikasih penyakit, kita kan nggak bisa nolak. Lama-lama ya biasa wae, diterima dan jalani saja," tandas Alfred yang mengaku baru mendapat diagnosis lupus di tahun 2014 ini.

Manifestasi lupus pada diri Alfred di antaranya gangguan ginjal, serta gangguan saraf yang mengakibatkan kemampuan motoriknya menurun. Anak pertama dari dua bersaudara ini juga mengeluhkan kesemutan, kebas dan nyeri menjalar sepanjang waktu.

"Soalnya kalau saya karena kasusnya ada 2, ada arthritis dari SLE-nya (lupus), satu dari kista yang ketahuan setengah tahun lalu, jadi ternyata itu juga menekan saraf," paparnya kepada detikHealth di sela-sela acara peringatan World Lupus Day 2016 di Gedung Diklat RSUP Dr Sardjito, Selasa (10/5/2016).

Kini Alfred harus menjalani kontrol setiap bulan dan menghindari capek agar gejala lupusnya tak kambuh lagi. Alfred bahkan sudah merasakan efek samping karena pengobatan rutin, di antaranya glaukoma dan diabetes mellitus.

dr Cahya Dewi Satria, SpA, M.Kes., dari SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito menjelaskan, bercak merah tak lain adalah vaskulitis atau peradangan pembuluh darah, yang selama ini dikenal sebagai manifestasi utama dari lupus.

Sebenarnya, untuk menentukan apakah seseorang patut dicurigai mengidap lupus atau tidak, dokter dapat berpegang pada panduan kriteria yang dibuat oleh American College of Rheumatology (ACR) tahun 1997.

Dalam panduan ini dikatakan, seseorang bisa dicurigai lupus bila memperlihatkan 4 dari 11 kriteria ACR yakni ruam malar (malar rash), ruam diskoid, fotosensitivitas (kepekaan kulit terhadap sinar matahari), ulkus mulut semisal sariawan, artritis (radang sendi), serositis (radang pada lapisan paru-paru), gangguan ginjal, gangguan saraf, gangguan hematologi atau darah, gangguan kekebalan dan antibodi antinuklearnya positif.

Metode diagnosis dengan ACR sebenarnya sudah memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, yaitu 86 persen. Namun di tahun 2012, kriteria ini direvisi oleh The Systemic Lupus International Collaborating Clinics (SLICC).

"Dari studi yang kami lakukan di Sardjito dan sudah kami paparkan dalam forum nasional, SLICC ini ternyata dapat menguatkan kriteria ACR. Makanya dua tahun ini kami pakai metode SLICC. Sensitivitasnya mencapai 92 persen," ungkap dr Cahya.

Setelah itu pasien baru dipastikan lupusnya dengan ANA test, untuk kemudian ditentukan pengobatannya. Tak sampai di situ saja, pasien lupus juga harus menjalani evaluasi setiap 3-6 bulan sekali. Dari situ bisa diketahui perkembangan lupus dari pasien dan respons tubuh mereka terhadap pengobatan yang diberikan.

Selama pengobatan dijalankan dengan baik, angka harapan hidup pasien hingga 5 tahun bisa mencapai 90 persen, dan 10 tahun mencapai 85 persen. "Kalau stabil itu artinya gejala lupusnya terkendali, tapi seumur hidup mereka memang bergantung pada obat," timpal dr Ayu Paramaiswari, SpPD-KR dari Poli Reumatologi/Geriatri RSUP Dr Sardjito dalam kesempatan terpisah.

Namun tidak semua gejala lupus dapat dikendalikan. Menurut dr Ayu, manifestasi lupus yang paling gawat adalah bila mengenai saraf, paru-paru dan ginjal. Lupus yang mengenai ketiga bagian ini dapat mengakibatkan kematian, di samping efek samping pengobatan, maupun terjadinya defisiensi imun akibat lupus.

"Mereka juga nggak boleh capek, stres atau terkena infeksi karena ini akan kambuh. Selebihnya bisa tetap beraktivitas dengan normal," tutupnya.

dr Cahya juga mengingatkan, odapus sebaiknya menghindari paparan sinar matahari secara langsung, termasuk lampu fluorescence. Bisa dengan menggunakan tabir surya, topi, baju lengan panjang, dan jilbab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah