Ini Rencana Google Bantu Menteri Susi Berantas Illegal Fishing



Rifan Financindo Berjangka Semarang - Google ternyata telah menjalin hubungan dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terkait rencana pemberantasan illegal fishing menggunakan teknologi machine learning. Seperti apa rencananya? 

"Global Fishing Watch adalah proyek yang saya pimpin saat ini, dan kita lakukan ini dengan dua LSM Oceana dan Skytree, dan kita pertama kali memperkenalkan prototipe machine learning ini adalah pada November 2015 di ajang World Park Congress," kata dia saat memperkenalkan diri.

Saat ia memaparkan program kerjanya, pria yang telah bekerja di Google sejak 2007 ini ternyata telah menjalin hubungan intensif dengan Menteri Susi.

"Beberapa bulan setelah (World Park Congress 2015) itu, ibu Susi menghubungi kami dan menyatakan ketertarikan beliau terhadap prototipe ini dan ingin melihat manfaat yang bisa diperoleh Indonesia jika menerapkan teknologi ini," ungkapnya.

"Setelah itu, Ibu Susi mengunjungi kantor Google dan kami memperlihatkan demo kepada beliau dari teknologi tersebut. Kami juga mengatakan bahwa kami memiliki data-data lengkap untuk beberapa area tapi memang ada beberapa area yang kami tidak memiliki data yang cukup banyak," paparnya lebih lanjut.

Indonesia, menurutnya, merupakan salah satu negara penghasil ikan terbesar setelah China. Hal itu jelas membuat Google tertarik untuk mendalami rencana kerja sama ini lebih lanjut.

"Dan sedikit cerita soal China adalah pada awalnya kami tidak memiliki data yang cukup banyak untuk mengetahui keadaan perikanan di China, tapi kemudian mereka memasang lebih banyak lagi transmitter dan kami dapat lebih leluasa untuk mengidentifikasi data yang kami butuhkan terkait aktivitas perikanan di China."

"Untuk Indonesia, pemasangan transmitter memang belum begitu signifikan dan kami mengatakan kepada Ibu Susi bahwa Indonesia memiliki sumber perikanan yang begitu besar. Jadi alangkah bagusnya jika Indonesia bersedia memberikan data mentah kepada kami untuk kami proses dan ternyata data yang kami terima sangatlah menakjubkan. 

"Bu Susi juga mengatakan beliau tidak perlu melihat jumlah tiap kapal yang beroperasi, beliau hanya butuh data mengenai lokasi aktivitas penangkapan ikan sedang terjadi di Indonesia.

"Setelah itu kami memulai diskusi yang lebih mendalam lagi soal teknologi yang dapat mendukung pengawasan penangkapan ikan di Indonesia. Dan jujur saja belum ada negara lain yang melakukan hal ini untuk mengawasi aktivitas perikanan di negara mereka. 

"Jadi menurut kami, Ibu Susi sudah melakukan langkah yang sangat progresif dan terdepan untuk menangani hal ini dan pada bulan bulan November 2015 beliau berjanji akan mempublikasikan data perikanan Indonesia kepada masyarakat," papar Brian panjang lebar.

Ia pun berencana untuk kembali menemui Menteri Susi pada pertengahan tahun 2016 ini. Brian berharap, dari pertemuan itu nantinya mereka bisa menindaklanjuti kerja sama ini.

"Beberapa bulan lalu, saya baru saja melakukan meeting dengan staf kementerian perikanan, angkatan laut RI, para ahli teknologi untuk mendiskusikan bagaimana teknologi ini dapat digunakan oleh pemerintah Indonesia dan juga kementerian untuk memajukan dan menjaga industri perikanan di Indonesia," katanya.

Google mencatat, ada satu miliar penduduk bumi yang menjadikan ikan sebagai sumber utama untuk asupan protein. Namun sayangnya, 85% persen yang ditangkap setiap tahunnya tak lagi recovery. Sementara 90% spesies lainnya punah. Kondisi itu diperburuk oleh aksi penangkapan ilegal.

"Satu dari lima ikan yang ditangkap di lautan digunakan dengan cara illegal fishing," katanya. Sementara tim patroli kelautan, menurutnya tidak bisa secara efektif mencegah para penangkap ikan ilegal ini saat berkeliaran di perairan mereka.

Memanfaatkan Teknologi Machine Learning

Dalam paparan lengkap yang disajikan Brian, Google memang tengah gencar untuk masuk ke segala permasalahan lingkungan melalui teknologi machine learning. Istilah machine learning sendiri sejatinya cukup luas, karena merupakan sebuah sub-bidang dari ilmu komputer.

Sederhananya, machine learning mencoba menjawab pertanyaan berikut ini: bagaimana membuat sistem yang bisa belajar sendiri dan semakin lama semakin baik?

Brian menjelaskan, machine learning melibatkan hal-hal seperti pengenalan pola dan kecerdasan buatan. Algoritma dari sebuah machine learning idealnya bisa mengenali, menarik pelajaran dan melakukan prediksi atas data.

Nah, teknologi ini tak cuma digunakan untuk mengenali kebiasaan manusia dalam hal penggunaan teknologi, misalnya saat berkirim email, tapi juga diimplementasikan untuk mempelajari segala hal yang berhubungan dengan kondisi alam dan ekologi.

Mulai dari perubahan iklim cuaca, prediksi gempa, fenomena perubahan air, pengentasan malaria, bahkan sampai ke aksi pemberantasan illegal fishing seperti yang dibicarakan antara Google dan Menteri Susi. Intinya, semua bisa dipelajari oleh mesin, dengan tujuan yang positif tentunya.

Sejauh ini, seperti dipaparkan Brian, Google telah mengumpulkan data bernilai 29 tahun penginderaan satelit, dan kemudian menganalisa lebih dari 2 juta informasi peta, yang menghasilkan total 909 terabyte volume data. Dimana untuk mengolah jumlah data tersebut harus menggunakan 66 ribu komputer, hingga 2 juta jam komputasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Untuk memperoleh data-data tersebut, Google yang menggunakan platform Google Earth Engine, bekerja sama dengan pihak ketiga, untuk mendapatkan citra satelit, data geospasial, serta analisa dan skala bumi. Kerja sama ini juga terbuka untuk ilmuwan, staf peneliti, dan pengembang yang mengamati dan mendeteksi perubahan, tren peta dan mengukur perbedaan dalam data permukaan bumi. 

Google Earth juga menggunakan gambar resolusi tinggi untuk menganalisa cakupan hutan global, pertumbuhan dan penurunannya secara real-time, serta menganalisa habitat yang berbeda dalam pertumbuhan organisme, bahkan untuk pengentasan malaria di daerah wabah.

Dalam kasus malaria, misalnya, Google menyurvei seluruh wilayah melalui suhu dan kelembaban yang berubah setiap harinya melalui penginderaan satelit. Dari situ bisa diprediksi pengembangan lebih lanjut dari wabah malaria dan bisa dicarikan solusi bagaimana untuk menghadangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

Wall Street Anjlok Tersengat Memanasnya Ketegangan Rusia-Ukraina

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK