Harga Minyak Jatuh di Bawah US$ 40 per Barel

Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)
Rifan Financindo Berjangka - Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) jatuh ke posisi di bawah US$ 40 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus, dipicu penumpukan pasokan yang mengisyaratkan berlebihnya stok global.

Melansir laman Wall Street Journal, Kamis (3/12/2015) harga minyak mentah AS untuk pengiriman Januari turun US$ 1,91 atau 4,6 persen menjadi US$ 39,94 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga itu menjadi penurunan terbesar dalam satu hari sejak 12 Oktober.
Sementara harga minyak mentah Brent jatuh ke posisi terendah dalam enam tahun. Harga minyak patokan global ini susut US$ 1,95 atau 4,4 persen menjadi US$ 42,49 per barel di ICE Futures Europe.

Penurunan harga didorong laporan data yang menunjukkan s
tok komersial minyak mentah, bensin, diesel dan bahan bakar lainnya melonjak di atas 1,30 miliar barel pada pekan lalu. 

Ini menjadi rekor terbaru menurut data Administrasi Informasi Energi AS yang dirilis Rabu. Cadangan minyak mentah sendiri naik 10 minggu berturut-turut.

Harga sempat melonjak pada awal perdagangan usai adanya laporan berita dari Iran yang mengatakan bahwa sebagian besar anggota OPEC berkeinginan memotong produksi.

 Harga minyak saat ini telah turun 40 persen dari tahun lalu dan berada di bawah US$ 50 per barel selama berbulan-bulan. Meskipun harga rendah, banyak produsen terus memompa produksi minyak mentah.
"Laporan persediaan cukup bearish dan membuka jalan bagi harga untuk menguji ulang posisinya di US$ 40 per barel," kata Tariq Zahir, Analis Tyche Capital Advisors LLC.
 
Stok minyak AS meningkat 1,2 juta barel, sebagian besar dari lonjakan impor, terutama dari Irak dan Venezuela, menurut analisis Citigroup. 

Impor naik 414.000 barel per hari dan tarif penggunaan kilang naik 2,5 poin secara persentase menjadi 94,5 persen. Sementara persediaan di Cushing Oklahoma, titik pengiriman minyak berjangka Nymex, bertambah sebesar 428 ribu barel.
Rencananya OPEC akan menggelar pertemuan pada hari Jumat dan menjadi pertemuan paling diperdebatkan di tahun ini. Di mana, mayoritas anggota OPEC ingin memotong produksi minyak mentah untuk memicu pemulihan harga. 

Namun banyak analis mengatakan itu tidak akan diterima Arab Saudi untuk mengubah arah harga minyak saat ini meskipun ada tekanan dari anggota OPEC lainnya.(Nrm/Igw)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah