Data Ekonomi China Bikin Wall Street Tertekan
Rifan Financindo Berjangka - Bursa saham Amerika Serikat (AS)
melemah pada perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB) seiring harga
minyak melemah mendorong sektor saham energi tertekan.
Ditambah sentimen negatif dari rilis data perdagangan China sehingga memberikan kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi.
Harga minyak mendekati level terendah dalam tujuh tahun setelah harga
minyak acuan AS berada di bawah level US$ 37 per barel dan Brent di
bawah US$ 40 untuk pertama kali sejak awal 2009.
Tekanan harga minyak itu juga dipicu usai rilis data impor China
turun sekitar 8,7 persen pada November. "Data ekonomi China tidak
menolong. Harga minyak melemah semakin membebani sektor saham energi
diikuti sehingga berdampak ke industri. Saat ini belum katalis positif,"
ujar Paul Hickey, Pendiri Bespoke Invesment Group LLc, seperti dikutip
dari laman Reuters, Rabu (9/12/2015).
Harga minyak merosot menyeret indeks sektor saham energi S&P 500
melemah 0,95 persen. Sektor saham ini telah susut lebih dari 9,8 persen
sejak 1 Desember. Saham Exxon melemah dua persen. "Harga minyak berada
di level terendah, dan produksi minyak AS diperkirakan jatuh,
prediksinya ini kesempatan baik untuk membeli," ujar Gary Bradshaw,
Portofolio Manager Hodges Capital Management.
Menjelang akhir perdagangan, indeks saham Dow Jones melemah 153,06
poin atau 0,86 persen ke level 17.577,45. Indeks saham S&P 500 susut
12,85 poin atau 0,62 persen ke level 2.064,22. Indeks saham Nasdaq
tergelincir 2,08 poin atau 0,04 persen ke level 5.099,73.
Sembilan dari sepuluh sektor saham berada di level terendah. Sektor
saham kimia membebani seluruh sektor saham dengan melemah 1,8 persen.
Sektor saham kesehatan S&P 500 naik 0,4 persen.
Selain itu, rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS juga masih
membayangi bursa saham. Sebagian besar analis yakin bank sentral AS akan
menaikkan suku bunga pada pertemuan 15-16 Desember 2015. (Ahm/Igw)
Komentar