7 Hal Ini Bikin Harga Emas Terjun Bebas
Rifan Financindo Berjangka - Emas sebagai
instrumen investasi tengah mengalami masa buruk. Harga emas
diperkirakan akan terus merosot hingga di bawah US$ 1.000 per ounce
untuk pertama kalinya sejak 2009.
Georgette Boele dari ABN Amro Bank dan
Robin Bhar dari Societe Generale meramal harga emas akan mendekati US$
1.000 per ounce pada Desember 2015. Bukan tanpa alasan, ada sejumlah faktor yang membuat harga emas terus anjlok.
Berikut 7 penyebab turunnya harga emas dikutip dari economictimes, Senin (10/8/2015):
1. Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS)
Bank sentral AS atau The Fed akan menaikkan suku bunga untuk pertama
kalinya setelah hampir satu dekade. Hal ini menunjukkan risiko resesi
negara dengan perekonomian terbesar itu telah berkurang.
Kesepakatan nuklir Iran telah mengurangi konflik Timur Tengah dan Yunani mampu menghindari gagal bayar (default). Berkurangnya risiko geopolitik membuat investor menjual emas.
2. Permintaan China rendah
Mulanya, melesatnya perekonomian China membuat permintaan emas
menjadi besar. Namun perekonomian Negeri Tirai Bambu tersebut tengah
lesu dalam semester I 2015. Jadi, dengan permintaan yang melemah sekitar
24 persen membuat harga emas tergelincir.
3. Dolar AS menguat
Seperti halnya minyak mentah, emas juga dihargai dengan dolar AS.
Penguatan dolar mengacu pada melemahnya harga emas. Sebab, permintaan
terhadap emas dari pembeli yang memegang mata uang lain akan berkurang
dan hal ini menekan harga emas.
Dengan stabilisasi ekonomi , dolar AS akan menguat dari mata uang lainnya. Ini artinya, emas akan terus terpuruk.
4. Inflasi global rendah
Emas merupakan alat lindung terhadap inflasi. Kebijakan uang mudah setelah krisis 2008 menyebabkan kekhawatiran tingginya inflasi. Akan tetapi, inflasi AS, Jepang dan Eropa justru rendah. Investor kini enggan membeli emas.
5. Berakhirnya penguatan
Setelah AS memasuki resesi tahun 2008, harga emas terus mengalami kenaikan sampai US$ 1.900 per ounce hingga akhir 2011. Kemudian harganya mendatar. Analis sedang mencari dukungan untuk menaikkan harga emas di atas US$ 1.000, jika gagal akan tersungkur lagi ke US$ 700.
6. Tidak ada dividen
Emas tidak memperoleh bunga atau dividen. Jika AS menaikkan suku bunga, maka pendapatan dari obligasi AS akan naik. Hal itu, membuat investor bersiap untuk beralih dari emas ke obligasi.
7. Bank sentral mengurangi pembelian
Secara tradisional antara pembeli terbesar, bank sentral terutama dari negara berkembang telah menurun. Mereka melakukan pencegahan penguatan dolar untuk menahan arus keluar setelah AS menaikkan suku bunga.
(Amd/Ndw)
Emas merupakan alat lindung terhadap inflasi. Kebijakan uang mudah setelah krisis 2008 menyebabkan kekhawatiran tingginya inflasi. Akan tetapi, inflasi AS, Jepang dan Eropa justru rendah. Investor kini enggan membeli emas.
5. Berakhirnya penguatan
Setelah AS memasuki resesi tahun 2008, harga emas terus mengalami kenaikan sampai US$ 1.900 per ounce hingga akhir 2011. Kemudian harganya mendatar. Analis sedang mencari dukungan untuk menaikkan harga emas di atas US$ 1.000, jika gagal akan tersungkur lagi ke US$ 700.
6. Tidak ada dividen
Emas tidak memperoleh bunga atau dividen. Jika AS menaikkan suku bunga, maka pendapatan dari obligasi AS akan naik. Hal itu, membuat investor bersiap untuk beralih dari emas ke obligasi.
7. Bank sentral mengurangi pembelian
Secara tradisional antara pembeli terbesar, bank sentral terutama dari negara berkembang telah menurun. Mereka melakukan pencegahan penguatan dolar untuk menahan arus keluar setelah AS menaikkan suku bunga.
(Amd/Ndw)
Komentar