Satoru Iwata, Sang Penggawa di Balik Kesuksesan Nintendo

Dari seorang siswa SMA yang gemar bermain game kalkulator, sampai seorang Presiden Nintendo yang mampu melejitkan konsol emasnya, Wii
"Di kartu bisnis saya, saya seorang Corporate President. Di dalam kepala saya, saya seorang game developer. Namun, di hati saya, saya seorang gamer."

Rifan Financindo Berjangka - Kepergian CEO dan Presiden Nintendo, Satoru Iwata meninggalkan bekas yang begitu mendalam di jagat video game dunia. Kini, sosok yang dikenal ramah dan visioner tersebut, menghembuskan nafas terakhirnya di umurnya yang ke-55 tahun.

Iwata meninggal dunia secara mendadak dikarenakan kanker saluran empedu yang telah mengidap di tubuhnya sejak lama. Pada awalnya, penyakit tersebut muncul sebagai tumor.

Seiring waktu berlalu, Iwata harus berperang melawan penyakit yang dideritanya. Pada saat yang sama, ia juga `berperang` bersama Nintendo, perusahaan yang ia pimpin selama bertahun-tahun untuk tetap menjadi perusahaan game terdepan dan tetap menyabet julukan "raksasa video game dunia".

Berdasarkan informasi yang dilansir laman BBC, di antara semua CEO profesional yang memimpin perusahaannya di bidang masing-masing, Iwata dikenal sebagai seorang CEO yang begitu lucu, dan `tak tahu malu`.

Iwata merupakan sosok yang berperan penting di balik sepak terjang Nintendo, dimana ia ingin Nintendo menjadi sebuah perusahaan game yang sangat diperhitungkan eksistensinya.

Bisa dibilang, mungkin tanpa hadirnya Iwata di Nintendo, konsol Wii dan Nintendo DS tidak akan pernah tercipta. Julukan `sang Penggawa` memang pantas diberikan lantaran Iwata memang menjadi orang nomor satu yang mampu memberikan banyak aspirasi terkait seperti apa jadinya Nintendo di masa mendatang.

Membuat game di kalkulator
Iwata lahir di Sapporo pada 6 Desember 1959. Pada saat menjadi seorang siswa sekolah menengah atas, Iwata dikenal sebagai sosok yang `geek` terhadap teknologi. Tak sedikit teman-temannya yang berpendapat bahwa Iwata mampu menjadi seorang programmer kelak ia lulus dari sekolah.

Ajaib, pada satu hari, Iwata remaja mampu mengoperasikan perangkat kalkulator menjadi sebuah alat bermain game. Ia dapat memprogram game baseball di sebuah kalkulator, yang dimana membuat teman-temannya takjub.

"Teman-teman saya bilang game yang saya ciptakan di kalkulator tidak memiliki grafik yang buruk. Ya, nyatanya memang game kalkulator tersebut tidak ada grafiknya," ceplos Iwata dalam candanya ketika ia membawa pidato di Game Developres Conference 2005.

"Tetapi, ketika saya melihat teman-teman saya mencoba permainan kalkulator tersebut dan menikmatinya, hal tersebut justru memuaskan dan membuat saya bangga. Bagi saya, hal tersebut merupakan sumber energi dan passion. Dari situlah saya tahu kemana arah hidup saya akan berjalan," lanjutnya.

Satoru Iwata dan HAL
Lulus dari SMA, Iwata melanjutkan studinya ke Tokyo Institute of Technology pada tahun 1998. Di sana, ia mengambil jurusan engineering and computer science.
Disitulah Iwata mulai menemukan apa yang ia mau dan ia suka. Iwata mulai `bermain` dengan sistem programming video game bersama teman-temannya.

Setelah lulus, ia dan teman-temannya membuat sebuah perusahaan kecil-kecilan bernama HAL Laboratory, yang mana terinspirasi dari film 2001 Space Odyssey. Di sana, ia bertindak sebagai programmer.
Beruntung, setelah malang melintang di industri game Jepang, HAL Laboratory rupanya diakuisisi oleh Nintendo yang pada saat itu sedang masa berkembang.

Dari situ, HAL dan Nintendo membuat seri game populer Kirby dan Super Smash Bros. Bahkan, Iwata juga berperan untuk penggarapan beberapa game, seperti Pokemon Gold and Silver yang rilis untuk platform Game Boy Color di tahun 1999. Termasuk dalam pembuatan Pokemon Stadium (Nintendo 64) dimana ia bertindak sebagai programmer.

Pimpinan Nintendo pertama di luar garis keluarga Yamauchi
Pada tahun 2000, Iwata menjabat sebagai Director Nintendo untuk pertama kalinya. Namun, dua tahun kemudian ia langsung menjadi President dan CEO untuk meneruskan jabatan pendahulunya, Hiroshi Yamauchi.

Seperti yang diketahui, `garis pimpinan` Nintendo memang selalu diemban dari generasi keluarga Yamauchi. Ini secara otomatis menjadikan Iwata CEO Nintendo pertama yang bukan berasal dari jajaran keluarga Yamauchi.

Sejak Iwata menjadi Presiden Nintendo, Nintendo awalnya sempat terhuyung-huyung dengan konsol anyarnya pada saat itu (2002), Gamecube, yang jauh ketinggalan pamor daripada konsol pesaingnya PS2 (PlayStation 2) dan Xbox.

Namun, tak lama setelah itu di beberapa tahun kemudian, dua konsol primadona yang diterobos olehnya -- Nintendo DS dan Nintendo Wii mampu mendulang sukses di seluruh dunia dan membuktikan bahwa Nintendo dapat bersaing di garis yang sama dengan Sony dan Microsoft.

Nintendo Wii menjadi salah satu konsol yang begitu menarik lantaran menghadirkan fitur gerakan kinetis bagi para pemainnya ketika sedang bermain game, Nintendo Wii sendiri bahkan telah terjual lebih dari 101 juta unit di seluruh dunia.

Tak heran, karena prestasi dan kepiawaiannya dalam memimpin dan berinovasi, majalah Barron memasukkan Iwata sebagai Top 30 CEO di seluruh dunia periode 2007-2009.

Di tahun ini, sebelum kepergiannya, Iwata sempat mencetuskan rencana Nintendo untuk` berpaling` ke dunia game mobile dengan developer game DeNA.

Hal tersebut diputuskan karena ia melihat bahwa Nintendo tidak dapat bersaing dengan Sony dan Microsoft lantaran `berbeda jalur`, namun demikian, Nintendo tetap akan menghadirkan konsol terbarunya yang misterius dengan sebutan kode `NX`.

Terlepas dari semuanya, jasa dan inovasi Iwata di dunia video game tidak akan pernah dilupakan. Bagaimanapun, sosoknya yang begitu karismatik akan begitu dirindukan oleh para gamer.

(jek/dew) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Global Masih Volatil, Potensi Harga Emas Melesat Terbuka

PETUGAS VETERAINER DATANG UNTUK ANALISA KEMATIAN KAMBING YANG MENDADAK

Aneka Gethuk Jajan khas jawa Tengah